Siti Nurjanah Darmadi pada 23 Januari 2011 jam 14:56
Artikel Stroke : 1
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah.
WHO mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu:
stroke iskemik maupun stroke hemorragik.
Stroke iskemik yaitu tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
- Stroke Trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan.
- Stroke Embolik: Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
- Hipoperfusion Sistemik: Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik terjadi pada penderita hipertensi.
Stroke hemoragik ada 2 jenis, yaitu:
- Hemoragik Intraserebral: pendarahan yang terjadi didalam jaringan otak.
- Hemoragik Subaraknoid: pendarahan yang terjadi pada ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak).
Tanda dan Gejala-gejala Stroke
Berdasarkan lokasinya di tubuh, gejala-gejala stroke terbagi menjadi berikut:
- Bagian sistem saraf pusat : Kelemahan otot (hemiplegia), kaku, menurunnya fungsi sensorik
- Batang otak, dimana terdapat 12 saraf kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah terganggu, pernafasan dan detak jantung terganggu, lidah lemah.
- Cerebral cortex: aphasia, apraxia, daya ingat menurun, hemineglect, kebingungan.
Jika tanda-tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack (TIA), dimana merupakan serangan kecil atau serangan awal stroke.
Faktor Penyebab Stroke
Faktor resiko medis, antara lain Hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi), Kolesterol, Aterosklerosis (pengerasan pembuluh darah), Gangguan jantung, diabetes, Riwayat stroke dalam keluarga, Migrain.
Faktor resiko perilaku, antara lain Merokok (aktif & pasif), Makanan tidak sehat (junk food, fast food), Alkohol, Kurang olahraga, Mendengkur, Kontrasepsi oral, Narkoba, Obesitas.
80% pemicu stroke adalah hipertensi dan arteriosklerosis, Menurut statistik. 93% pengidap penyakit trombosis ada hubungannya dengan penyakit tekanan darah tinggi.
Pemicu stroke pada dasarnya adalah, suasana hati yang tidak nyaman (marah-marah), terlalu banyak minum alkohol, merokok dan senang mengkonsumsi makanan yang berlemak.
Derita Pasca Stroke
Sudah Jatuh tertimpa Tangga Pula, peribahasa itulah yang tepat bagi penderita Stroke.
Setelah stroke, sel otak mati dan hematom yg terbentuk akan diserap kembali secara bertahap. Proses alami ini selesai dlm waktu 3 bulan. Pada saat itu, 1/3 orang yang selamat menjadi tergantung dan mungkin mengalami komplikasi yang dapat menyebabkan kematian atau cacat
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut:
- 1/3 --> bisa pulih kembali,
- 1/3 --> mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang,
- 1/3 sisanya --> mengalami gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Hanya 10-15 % penderita stroke bisa kembali hidup normal seperti sedia kala, sisanya mengalami cacat, sehingga banyak penderita Stroke menderita stress akibat kecacatan yang ditimbulkan setelah diserang stroke.
Akibat Stroke lainnya:
- 80% penurunan parsial/ total gerakan lengan dan tungkai.
- 80-90% bermasalah dalam berpikir dan mengingat.
- 70% menderita depresi.
- 30 % mengalami kesulitan bicara, menelan, membedakan kanan dan kiri.
Stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namum kini cenderung menyerang generasi muda yang masih produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan , namun juga dialami oleh warga pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan.
Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial ekonomi keluarga. Selain karena besarnya biaya pengobatan paska stroke , juga yang menderita stroke adalah tulang punggung keluarga yang biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat.
Stroke sangat dapat dicegah, Hampir 85% dari semua stroke dapat DICEGAH ,
Karena Ancaman stroke hingga merenggut nyawa dan derita akibat stroke. Hidup BEBAS tanpa STROKE merupakan dambaan bagi semua orang.
Tak heran semua orang selalu berupaya untuk mencegah Stroke atau mengurangi faktor risiko dengan menerapkan pola hidup sehat, olahraga teratur, penghindari stress hingga meminum obat atau suplemen untuk menjaga kesehatan pembuluh darah hingga dapat mencegah terjadinya Stroke.
Sumber: Seri Gaya Hidup Sehat: Cara Bijak Hadapi Stroke, Jantung & Pembuluh Darah, Agustus 2007, PT Gramedia
Artikel Stroke : 2
Kenali Gejala Stroke dengan 'Senyum, Gerak, dan Bicara'
Stroke merupakan penyebab kecacatan nomor satu dan penyebab kematian nomor tiga di dunia. Semakin cepat pasien mendapat pertolongan medis akan semakin besar peluangnya untuk pulih. Kenali dari Senyum, Gerak dan Bicara, jika Anda ingin menolong seseorang yang terkena serangan stroke.
Stroke merupakan gangguan fungsi sistem saraf akibat gangguan peredaran darah otak. Gangguan fungsi saraf akan terganggu bila aliran darah otak turun. Pada kasus ini jaringan otak belum mati, namun mengalami gangguan fungsi bagian ini disebut sebagai bagian iskemik pneumbra. Bila gangguan aliran darah berkepanjangan dapat terjadi kematian jaringan saraf yang disebut infark. Target terapi adalah menyelamatkan jaringan pneumbra.
Masalah yang sering muncul adalah pasien datang terlambat ke rumah sakit. Terapi thrombolitik (membuka sumbatan pembuluh darah di oatk) harus diberikan dalam waktu kurang dari 6 jam setelah serangan stroke. Penelitian Nadeau menunjukkan bahwa pada penderita stroke perdarahan kurang dari sepertiga pasien saja yang datang kurang dari 3 jam pasca serangan stroke.
Mengapa pasien datang terlambat ke rumah sakit? Banyak penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar pasien dan keluarganya tidak mengenali gejala stroke.
Penelitian di Thailand menunjukkan bahwa hanya 20,2% pasien stroke yang datang ke RS dalam waktu kurang dari 24 jam (Asawavichienjinda dan Boogrid, 1998). Penelitian di Australia memperlihatkan bahwa 41% datang ke RS kurang dari 3 jam setelah gejala muncul, dan 15% antara 3-6 jam. Ada sekitar 25% pasien yang datang lewat dari 24 jam setelah serangan stroke. Jumlah ini sudah relatif lebih baik setelah adanya kampanye nasional tentang 'brain attack' (Barr, dkk, 2006).
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarakat akan bahaya stroke. Semakin cepat dikenali, dan semakin cepat mendapat pertolongan medis yang tepat, akan semakin besar kemungkinan pemulihan. Perhimpunan stroke di Amerika Serikat memulai kampanye nasional untuk menyebarluaskan kewaspadaan tentang gejala stroke.
Kampanye ini diberi nama FAST, yang merupakan singkatan dari Facial Weakness (kelemahan wajah), Arm Weakness (kelemahan lengan), Speech Disturbances (kesulitan bicara), dan Time is Brain (Berpacu dengan waktu). Didalam Bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai Senyum, Gerak dan Bicara, sebagai berikut:
Senyum: Mintalah ia untuk senyum, lihat apakah wajahnya perot.
Gerak: Mintalah ia untuk mengangkat lengannya apakah bisa sama tinggi
Bicara: Tanyakan nama dan alamatnya, apakah ia bisa mengerti, apakah bisa menjawab, apakah jawabannya benar, apakah bicaranya pelo atau cedal.
Alat ukur ini cukup sederhana, dan dapat digunakan oleh orang awam maupun petugas kesehatan, sebagai berikut:
1. Mintalah orang yang dicurigai stroke untuk tersenyum. Menunjukkan giginya. Bila wajahnya perot, atau wajah hanya tertarik ke salah satu sisi saja, maka curihai ia terkena stroke.
2. Mintalah subyek untuk mengangkat lengannya lurus keatas. Bila salah satu lengan tidak dapat terangkat dengan baik, curigailah ia sebagai stroke.
3. Tanyakan kepadanya 'Siapa namamu?' dan 'Sekarang bulan apa?' atau 'Dimana Anda tinggal?”. Lihat apakah subyek mengerti pertanyaan Anda, apakah ia bisa menjawab, apakah jawabannya benar, bila ia berbicara apakah suaranya cedal?
Bila ada salah satu kelainan pada tes diatas segera minta bantuan medis. Tes ini sangat mudah. Bila ada anggota keluarga, rekan, kerabat, atau tetangga yang dicurigai tekena stroke, dan menunjukkan hasil tes yang positif, segeralah minta pertolongan medis. Tindakan yang tepat dan cepat diharapkan akan membuahkan hasil yang lebih baik pula.
Hubungi: dr Rizaldy Pinzon, MKes, SpS Tim Stroke RS Bethesda Yogyakarta
Stroke adalah cedera vascular akut pada otak. Ini memberi arti bahwa stroke adalah suatu cedera mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah di otak. Cedera dapat disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, sumbatan atau penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai. Stroke mungkin menampakkan gejala, mungkin tidak (silent stroke), tergantung tempat dan ukuran kerusakan (Feigin, 2006).
Stroke non hemoragik adalah gangguan peredaran darah otak yang disebabkan oleh adanya sumbatan oleh bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang mengarah ke otak, atau embolus yang terlepas dari jantung atau arteri ekstrakrani yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakrani (Feigin, 2006).
Etiologi Berdasarkan etiologinya stroke diklasifikasikan menjadi dua, yaitu stroke haemoragik (perdarahan) jika arteri pecah dan stroke non haemoragik (iskhemik) jika arteri tersumbat. Stroke non haemoragik mencakup stroke thrombotik dan embolik (Sidharta, 1979). Faktor-faktor resiko yang menyebabkan terjadinya iskhemik meliputi umur, hipertensi, diabetes militus, faktor keturunan, penyakit jantung, merokok, obat anti hamil (Sidharta, 1979).
Patologi Pada thrombotis serebral didapati oklusi di tempat arteri serebral yang berthrombus. Pada emboli serebral penyumbatan disebabkan oleh suatu embolus yang dapat bersumber pada arteri serebral, carotis interna, vertebro-basiler, arcus aorta asendens ataupun katup serta endokardium jantung. Embulus tersebut berupa suatu thrombus yang terlepas dari dinding arteri yang atherosklerotik dan berulserasi, atau gumpalan thrombusit yang terjadi karena fibrilasi atrium, gumpalan kuman karena endokarditis bacterial atau gumpalan darah dan jaringan karena infark mural. Keadaan arteri-arteri serebral yang sudah aterosklerotik atau arteriosklerotik itu mendasari sebagian besar lesi vascular di otak dan batang otak. Secara strukturil arteri-arteri tersebut mempermudah terjadinya oklusi dan turbulensi sehingga mempermudah pembentukan embolus. Secara fungsionil arteri-erteri tersebut tidak dapat mengelola delatasi dan konstriksi vaskuler secara sempurna. Sehingga pada keadaan-keadaan yang kritis akan timbul gangguan sirkulasi yang mengakibatkan terjadinya iskhemik dan infark serebri. Dengan adanya aterosklerosis dan arteriosklerosis serebri, perubahan-perubahan dalam hemodinamika sistemik (aritmia jantung, hipotensi, hipertensi) dan kimia darah (polisithemia, hiperviskositas) dapat menimbulkan iskhemik dan infark serebri global (Sidharta, 1979). Pada penderita aterosklerosis, trombosis serebri dianggap terjadi setelah pembekuan darah pada tempat alirannya dirintangi oleh bercak sklerotik pada dinding pembuluh darah. Ischemia dan infark jaringan otak dapat terjadi setelah oklusi arteri serebri dengan kongesti dan udema pada daerah sekitarnya. Setelah beberapa hari, udema menghilang, otak yang ischemic mengalami nekrotis. Jaringan otak yang nekrosis mengalami liquefaction dan diangkut keluar oleh makrofag. Kemudian parut glia dan vaskuler menggantikan sebagian jaringan otak yang rusak, yang menimbulkan pengerutan jaringan otak atau pembekuan kista – kista multikuler yang kecil dan diisi oleh cairan jernih. Kadang sel darah merah mengumpul di daerah yang nekrotik dan membentuk red infarct ( Chusid, 1993 ). Pemulihan stroke terutama terjadi pada 3 bulan pertama dan hanya sedikit penambahan perbaikan setelah 6 bulan onset. Pemberian terapi latihan gerak fungsional pada masa ini sangat efektif, karena akan memberikan pembelajaran dan pengalaman yang membawa kearah prubahan kemampuan dalam melakukan aktifitas trampil yang sifatnya relatif permanen.
Tanda dan gejala klinis
Stroke dapat mengakibatkan tanda dan gejala yang komplek tergantung dari topis lesi atau letak kerusakan dan derajad lesi. Adapun tanda dan gejala yang timbul akibat lesi pada stroke antara lain: (1) gangguan motorik, berupa abnormalitas tonus otot, gangguan gerak volunteer, gangguan reflek, serta gangguan keseimbangan dan koordinasi, (2) gangguan sensoris, berupa gangguan interoseptif, gangguan propioseptif, gangguan eksteroseptif, (3) gangguan kognitif dan memori, (4) gangguan psikiatri atau emosi, penderita cenderung depresi.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah serangan stroke adalah: (1) kejang pada pasien pasca stroke sekitar 4-8 %, (2) Trombosis Vena Dalam (TVD) sekitar 11-75 % dan Embboli Pulmonum sekitar 3-10 %, (3) perdarahan saluran cerna sekitar 1-3 %, (4) dekubitus, (5) pneumonia, (6) stress, (7) bekuan darah, (8) nyeri pundak dan subluxation (Junaidei, 2006).
Prognosis
Menurut Chusid (1993) prognosis thrombosis cerebri ditentukan oleh lokasi dan luasnya infark, juga keadaan umum pasien. Umumnya makin lambat penyembuhannya, maka semakin buruk prognosisnya. Pada emboli cerebri, prognosis ditentukan juga dengan adanya emboli dalam organ-organ yang lain. Bila pasien dapat mengatasi serangan yang akut, prognosis kehidupannya baik. Dengan rehabilitasi yang aktif, banyak penderita dapat berjalan lagi dan mengurus dirinya.
Diagnosis banding
Diagnosis banding penyebab stroke non haemoragik, yaitu thrombosis dan emboli menurut Chusid (1993) yaitu onset yang relatif lambat menyokong diagnosa thrombosis. Sedang endocarditis infeksiosa, fibrilasi atrium dan infark myocard menyokong diagnosa emboli. Ada beberapa penyakit yang memiliki tanda dan gejala yang menyerupai stroke, misalnya trauma kepala, tumor intracranial, meningitis atau virus. Untuk menegakkan diagnosis tersebut diperlukan pemeriksaan yang lebih spesifik misalnya: Coputerized Tomography Scanning (CT Scan), Magnetic Resonace Imaging (MRI), Possitron Emesion Tomograph Scanning (PET Scan) dan pemeriksaan penunjang laboratorium.
Artikel Stroke : 3
MENGOBATI PENYAKIT STROKE
Penyakit Stroke adalah berciri terjadinya kelumpuhan sebagai akibat dari rusaknya pembuluh darah di otak.Penyebab stroke ini antara lain karena tekanan darah tinggi, gula darah tinggi atau kolesterol tinggi. Secara herbal pengobatan stroke dapat dilakukan dengan salah satu ramuan berikut ini. Ramuan herbal ini merupkan yang paling simpel dan juga gampang dicari bahannya. Bahan yang dibutuhkan yaitu :
Babakan Kayu Pule ................. 2 jari
Daun Sambiloto ........................ 11 lembar
Cara meramu : Rebus kedua bahan diatas (Dengan alat masak yang berbahan dari tanah /gerabah) dalam 4 gelas air sampai tersisa 3 gelas.
Aturan Pakai : Saring dan Minum ramuan diatas 3 kali sehari, masing-masing 1/2 gelas.
Selain pengobatan diatas, tentunya harus dibarengi dengan berdoa, karena pada hakekatnya yang memberi kesembuhan adalah Tuhan YME, hanya sarananya lewat obat dan dokter / tabib. Jadi saat akan minum untuk muslim, berdoalah : Bismillahirrohmanir rohim, kemudian baca sholawat, kemudian baca : Ya Alloh ya syafii, anta syafii...wasyfini ya Alloh, la syifaa ila syifauka, syifaan la yugodiru saqoman wala alaman. Demikian , semoga yang diobati mendapat kesembuhan, amin. Wassalam...
Diambil dari : SHVOONG.COM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar